Kamis, 01 Oktober 2015

KERESAHAN DISETIAP SENTIMETER WAKTU

Haruskan setiap keserasahan bertajuk religi?? it is Twenty two

1st October 2015, Tahun ini entah kenapa aku ngerasa kayak "times flies too fast", jauh terlalu cepat dari biasanya, seperti ada sesuatu yang salah disistem perputaran waktu. Semua berputar seperti tidak ada jeda, aku butuh perlambatan. Jadi ingat sebuah film orang dewasa judulnya “Fourty (40)” menceritakan tentang seorang wanita dewasa yang satu decade lagi akan masuk zona menopause. Sepatah kalimat dalam film itu “when you are fourty, it is like a wink of an eye you will on ninty and then you die”. but it is Twenty Two not Fourty

It was mad late, 272 hari berproses tanpa sadar, dan 92 hari tersisa entah akan diapakan, entah akan diisi dengan apa? Sejak lulus SMA, Rutinitas yang 4 tahun terakhir belum membuahkan kebaikan apapun, bukan artinya gagal, tapi buah dalam tanda kutip itu belum ada, atau belum saatnya ada. rasanya banyak hal yang seharusnya dilakukan justru terlewati begitu saja, padahal aku sangat paham, leter, sometimes it will never, entahlah dengan semua ini. 

Sebut saja dunia orang dewasa, setiap sentimeter jarak pandang ditemukan masalah untuk dituntaskan, rasanya warna ruang dalam tempurung kelapa mulai buram karna 190.000 sel otak padam atau meredup setiap harinya, banyak hal berkecamuk seperti awan hitam ganas bergumpal menerobos lapisan ozon dan tertumpah kebumi. seketika......

Katanya kita harus punya " sikap bodo amat terhadap sesuatu" untuk hidup lebih bahagia, Iya!! maka Kondisi terburuknya adalah ketika "sikap bodo amat" berlarut-larut menerabas dan we just let all thing runs out without value. Satu hal yang aku rasakan adalah menjadi orang dewasa itu tidak mudah. Rasanya aku ingin kembali ke usia dimana aku memaknai hujan sebagai wahana permandian yang seru dan satu-satunya, masa dimana kemampuan terbaikku adalah menangis, dengan menangis aku bisa mendapatkan apa yang aku ingikan seperti kasih sayang, pelukan, hiburan termasuk barang-barang yang aku inginkan dan banyak hal lainnya, dengan menangis aku bisa mengungkapkan semua perasaan, baik marah, lapar, haus, sakit, bahkan rasa tidak suka atau menolak sekalipun. Dengan menangis aku bisa belajar, seperti pertama kali menyadari bahwa air mata berasa asin kemudian menelan berkali-kali. Pertanyaannya adalah tidakkah ada satu kesempatan untuk itu terulang lagi?

Ditengah-tengah keresahan ini tiba-tiba aku ingat temanku seorang penikmat kopi, sementara aku tidak paham rasa kopi barang setetes pun. Kami beteman walaupun tidak saling kenal. Katanya “kebahagiaan penikmat kopi yang sudah dewasa cuma ada disebuah coffee shop. karna dari secangkir kopi kita bisa belajar banyak hal. Kopi bukan tentang rasa manis, tapi Hitam dan Pahit yang selalu rindu untuk dinikmati berulang-ulang” analogi yang cukup kritis ku pikir tidak banyak orang yang paham ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar